Total Tayangan Halaman

Minggu, 18 Desember 2011

OBYEK WISATA DI NTT

Pantai Lasiana

Selayang Pandang
Pantai Lasiana mulai dibuka untuk umum sekitar tahun 1970-an. Sejak Dinas Pariwisata NTT memoles dengan membangun berbagai fasilitas pada tahun 1986, Pantai Lasiana ramai dikunjungi turis asing. Sesuai rencana pengembangan Pemkot Kupang, Pantai Lasiana akan dijadikan Taman Budaya Flobamora, yakni sebutan yang mengacu pada keseluruhan suku bangsa di dekat Pantai Lasiana, antara lain, Flores, Sumba, Timor dan Alor.
Di pantai Lasiana ini banyak didapati lopo-lopo yang berderet. Lopo-lopo adalah sebutan lokal untuk pondok yang dibangun menyerupai payung dengan tiang dari batang pohon kelapa atau kayu dan beratapkan ijuk, pelepah kelapa atau lontar, dan alang-alang. Bisa juga beratapkan seng yang bagian luarnya dilapisi ijuk, pelepah kelapa atau lontar dan alang-alang. 

 Keistimewaan
Pantai nan landai sekitar 3,5 hektar atau tepatnya 35.065 persegi ini, berudara sejuk karena dinaungi 65 pohon kelapa dan 230 pohon lontar tua yang hingga kini masih produktif. Pantainya berpasir putih halus, lautnya biru, airnya jernih dengan debur ombak yang bergulung-gulung kecil, tenang. Keindahan pantai ini bukan karena fasilitas buatan, tetapi lebih karena karakter alamnya.
Pantai Lasiana mempunyai topografi menarik, pada bagian barat terdapat perbukitan, sehingga keseluruhan kawasan ini mempunyai variasi unik, yaitu perpaduan antara perbukitan dan pantai.

Lokasi
Pantai ini terletak di Kecamatan Kupang Tengah, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Akses Menuju Lokasi
Pantai Lasiana berjarak 12 Km dari pusat kota Kupang. Umumnya, pengunjung datang menggunakan angkutan umum, atau dengan kendaraan pribadi. Untuk angkutan umum pengunjung dapat naik jenis kendaraan colt, dengan biaya Rp. 5000.

Harga Tiket Masuk Lokasi  
Pengunjung dipungut tiket masuk Rp 1.000 per-orang, Rp 500 per-sepeda motor, dan Rp 1.500 per-mobil/roda empat.

Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di pantai ini terdapat satu bangunan kios percontohan, tiga kios komersial, dua kios cinderamata, empat kamar mandi cuci dan kakus (MCK), satu kolam renang dan instalasi air, satu kantor pengelola, satu panggung hiburan rakyat, dan tiga unit home stay. Umumnya para pedagang berjualan mulai Sabtu sore, sepanjang hari Minggu dan hari libur lainnya. Selain menyediakan minuman dan makanan ringan, pedagang kecil di sekitar pantai juga menjajakan kelapa muda, jagung muda bakar dan pisang gepe.



Air Terjun Oenesu

Menyebut Oenesu bagi orang Kupang berarti menawarkan bersantai di suasana segar. Sebagai salah satu dari sedikit air terjun yang ada di Kupang, tempat wisata air terjun Oenesu menjadi pemberhentian sejenak bagi warga Kupang mereguknya segarnya hawa yang ditawarkan tempat ini. 
Perhatikan, pada hari Sabtu atau Minggu maka rombongan muda-mudi atau keluarga banyak yang mendatangi tempat ini. Lokasi ini berjarak kurang lebih 17 km dari Kupang dan jalan menuju tempat ini cukup baik. Aku sendiri tidak mengalami masalah sama sekali menggunakan sedan ke tempat ini. Memang sempat muncul kekuatiran terutama adanya satu jembatan kayu yang harus dilewati untuk sampai ke lokasi ini.
Justru yang belum mendapatkan perhatian yang cukup dari pengelola tempat ini adalah kondisi jalan dan penataan di lokasi wisata ini. Jalan yang masih berupa jalan tanah berbatu-batu serta tidak adanya tempat parkir kadang membuat tempat ini tampak semrawut dengan mobil dan motor yang diparkir semaunya.
Begitu sampai di lokasi maka anda akan disambut dengan genangan air yang merupakan bagian atas air terjun. Debit air terjun ini cukup stabil, pada musim kering sekalipun debit air masih lumayan dapat dinikmati. Foto-foto di atas diambil pada bulan Oktober, masuk bulan-bulan yang kering dan panas yang menyengat.
Debit pada musim hujan tentu akan lebih besar, mungkin bisa dua kali lipat di banding musim panas. Pada saat itu jika kita tepat di bawah air terjun suara deru air terjun seakan menenggelamkan suara kita sendiri. Jangan heran kalau kita sering mendengar teriakan-teriakan dan suara tertawa yang cukup dari pengunjung yang menikmati air terjun ini.
Sampai di lokasi, ada dua jalur yang dapat dipakai untuk turun menikmati air terjun ini. Sebelah kiri lokasi terdapat jalan menurun yang cukup terjal yang akan membawa anda ke sebuah jembatan jauh di bawah air terjun utama. Dari jembatan yang masih baru ini (saat tulisan ini dibuat), anda bisa melihat beberapa tingkat air terjun.
Jalur lain dapat anda coba melalui jembatan kayu. Jembatan ini sebenarnya cukup membahayakan terutama untuk anak-anak karena kayu tidak terpasang menutup semua ruasnya. Jika tidak hati-hati anda dapat terperosok. Jaga anak-anak anda sewaktu melewati jembatan ini. Setelah itu anda harus menuruni anak tangga yang lagi-lagi curam, itupun kondisi anak tangganya tidak rata. Ini juga saya ingatkan kembali pada anda untuk berhati-hati.
Membawa bekal waktu turun sangat disarankan karena naik turun untuk mengambil makanan ke atas sangat melelahkan. Namun sesampai di bawah, pemandangan air terjun seakan membilas rasa penat anda. Jangan takut batuan di tempat ini tidak licin, karena airnya yang mengandung kapur cukup tinggi (ciri khas air di Kupang) maka batu jadi terasa kesat. Suasana yang rindang karena banyak pohon-pohon besar tumbuh di sekitar air terjun. Ini masih ditambah dengan suitan-suitan burung yang sering terdengar nyaring dari balik pepohonan. Anda bisa langsung memilih berendam di salah satu anakan air terjun atau memilih menelusuri ke bawah. Gerak tarian air terjun membentuk alur-alur yang unik, hati-hati karena beberapa cekungan tingkat air ini ada yang dalam.
Andapun bisa sekedar membentangkan tikar dan bermalas-malasan menikmati sejuknya hawa serta deru suara air terjun. Keriangan suara pengunjung seakan mengajak anda ikut riang.

Kolam Renang Baumata

Baumata adalah sebuah desa yang terletak 16 Km dari Kota Kupang atau 6 Km Arah Timur dari Bandara El Tari kupang, tepatnya di Kecamatan Kupang Tengah yang merupakan salah satu tempat rekreasi/objek wisata yang cukup dikenal dan ramai dikunjungi orang.
Sebagai tempat rekreasi, selain terdapat Hutan Alam yang merupakan obyek wisata alam (Eco Tourist), Baumata terkenal juga dengan sumber mata air alamiah yang bersih dan segar. Saat ini Perusahaan air Aquamor yang telah mengekspor air mineralnya keberbagai daerah di NTT mengambil air dari sumber air Baumata. Demikian Juga dengan PDAM Kupang yang merupakan sumber air utama bagi Kota Kupang mendapatkan suplay air dari Sumber Air Baumata.

Daya tarik yang menonjol yang dimiliki obyek wisata alam Baumata adalah Kolam Renangnya baik bagi orang dewasa dan anak-anak peninggalan sejarahnya/situs yaitu gua alam yang cukup menarik dengan stalaktit dan stalakmit, berjarak ± 250 meter dari kolam renang. Masyarakat menyebutnya “Gua Jepang” yang merupakan bekas peninggalan Tentara Jepang sebagai tempat persembunyian selama perang dunia ke II 
Selain menikmati pemandangan alamnya dengan udara yang sejuk, didekat kolam renang itu juga terdapat kolam alam yang dihiasi dengan bunga teratai sebagai tempat perlindungan beberapa habitat air tawar seperti jenis-jenis ikan dan udang. Juga saat ini oleh pihak pengelola, kolam tersebut telah dibudidayakan beberapa jenis ikan yang potensial untuk dikonsumsi antara lain : Ikan Bandeng, Tawes dan Ikan Mas.
Daya Tarik Wisata
Baumata merupakan salah satu tempat rekreasi dan wisata alam yang cukup menarik minat banyak orang. Kegiatan yang dapat dilakukan selain menikmati pemandangan alam dengan udaranya yang sejuk, berkemah, kegiatan fotografi, kebudayaan tradisional masyarakat yaitu “Tarian Hering” yang biasa ditarikan untuk menyambut para pembesar atau Tamu Agung.
Bagaimana Menuju ke Lokasi
Tempat rekreasi Baumata hanya dapat ditempuh melalui jalan darat ± 30 menit dengan menggunakan kendaraan umum (Bemo) dari Kupang jurusan Penfui – Baumata - nomor 15 dan nomor 16, maupun dengan Jeep, Taxi, Sepeda Motor ataupun dengan bersepeda.
Sarana Penunjang
Lokasi wisata ini hanya dibuka pada Hari Jumat, Sabtu dan Minggu atau pada hari libur lainnya. Terutama pada pada hari libur obyak wisata akan dikunjungi oleh banyak pengunjung yang berdatangan dari kota KUpang maupun daerah sekitarnya.
Telah tersedia tempat parkir, kamar ganti, Toilet, Warung makan.
Harga Karcis masuk ke lokasi
- Dewasa seharga Rp.5.000/ orang
- Anak-anak seharga Rp 3.500 / orang
- Sewa Ban / pelampung, Ban Kecil Rp.5000, Ban Besar Rp.10.000

Pantai Kolbano

Bagi kebanyakan wisatawan mengunjungi pesisir pantai yang dipenuhi hamparan pasir putih atau pasir hitam merupakan hal biasa yang dapat kita lihat, namun bagaimana dengan pesisir pantai yang dipenuhi hamparan batu berwarna-warni yang sangat indah dan unik, bisa jadi menjadi pemandangan baru bagi Anda. Ini bisa Anda lihat dan rasakan hanya di sepanjang pesisir Pantai Kolbano.
Pantai Kolbano terletak di Desa Kolbano, Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas wilayah Desa Kolbano 17 Km2. Pantai Kolbano terkenal dengan batu warnanya dan sudah dimanfaatkan penduduk setempat sejak tahun 1971.
Batu warna di pesisir Pantai Kolbano ini, memiliki bermacam ragam bentuk dan warna. Ada yang berwarna merah, hijau, kuning, hitam, bahkan batu yang bercorak pun ada. Juga ada batu yang memiliki tiga warna (merah, hitam dan krem).
Keindahan Pantai Kolbano ini dapat dinikmati oleh wisatawan baik yang berasal dari daerah sekitar Nusa Tenggara Timur dan berbagai daerah lainnya. Bila Anda tinggal di Jakarta, maka Anda dapat menggunakan pesawat Mandala Airlines, Sriwijaya Airlines, Batavia Airlines atau Merpati Airlines dengan tujuan Kupang yang ditempuh selama ± 6 jam.
Setibanya di kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, ada 2 (dua) pilihan yang dapat Anda lakukan : Anda dapat menginap 1 (satu) malam di Kupang atau Anda dapat langsung melanjutkan perjalanan menuju Pantai Kolbano (tergantung waktu yang ada). Jika Anda ingin tetap melanjutkan perjalanan ke Pantai Kolbano, maka Anda dapat menggunakan jasa travel atau bus kota jurusan Kolbano dengan membayar ongkos seharga Rp.60.000,-. Namun disarankan agar Anda berangkat pada Pk. 06.00 WITA, karena bus yang berangkat dari terminal bus Kupang hanya satu kali perjalanan dan perjalanan dari Kupang ke pantai Kolbano ditempuh selama ± 6 jam.
Jika Anda sudah tiba di Pantai kolbano, Anda dapat mencari rumah penginapan di rumah penduduk dengan sistem sewa, atau Anda dapat menginap di Mess Pemda TTS.

 


RIUNG 17 PULAU



Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau, Merupakan Gugusan Pulau-Pulau Besar Dan Kecil, Dengan Jumlah 17 Pulau, Yaitu Pulau Pau, Pulau Borong, Pulau Ontoloe [ Terbesar ], Pulau Dua, Pulau Kolong, Pulau Lainjawa, Pulau Besar, Pulau Halima [ Pulau Nani ], Pulau Patta, Pulau Rutong, Pulau Meja, Pulau Bampa [ Pulau Tampa Atau Pulau Tembang ], Pulau Tiga [ Pulau Panjang ], Pulau Tembaga, Pulau Taor, Pulau Sui Dan Pulau Wire. Keseluruh Pulau Tersebut Adalah Pulau Tak Berpenghuni Alias Tidak Dihuni Oleh Manusia.

Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau Terletak Di Daratan Pulau Flores Yang Secara Administratif Masuk Didalam Wilayah Kecamatan Riung, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngada. Kawasan Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau Ini Berada Sekitar 70 Km Sebelah Utara Kota Bajawa, Ibukota Ngada. Dunia Indah Bawah Laut Yang Tak Kalah Menarik, Adalah Tawaran Dari Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau Kepada Para Diver Atau Penyelam Atau Bagi Mereka Yang Sekedar Datang Hanya Untuk Melakukan Snorkeling. Kawasan Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau Merupakan Type Pulau Dengan Hutan Yang Cenderung Kering Didalam Wilayah Pulaunya. Vegetasi Campuran Antara Jenis-Jenis Ketapang [ Terminalia Catappa ], Waru [ Hibiscus Tiliacus ], Kemiri [ Aleuritis Molucana ], Pandan [ Pandanus Tectorius ], Jati [ Tectona Grandis ], Kepuh [ Sterculia Foetida ], Kesambi [ Schleichera Oleosa ], Cendana [ Santalum Album ], Kayu Manis [ Mangivera Indica ], Asam [ Tamarindus Indica ], Sengon Laut [ Albizia Sp ], Johar [ Cassia Siamea ], Nyamplung [ Calophyllum Inophykum ] Dan Ampupu [ Eucalyptus Urophylla ]. Hampir Di Seluruh Pesisir Pantai Gugus Pulau Kawasan Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau Ditumbuhi Hutan Bakau Yang Masih Utuh Dengan Jenis-Jenis Dominan Rhizophora Sp, Bruquiera Gymnoriza, Dan Sonneratia Sp.

Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau, Sebagaimana Layaknya Pulau-Pulau Lain Yang Ada Di Dunia. Memiliki Aneka Jenis Fauna Yang Hidup Di Kawasan Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau Ini Beberapa Diantaranya Adalah Satwa Komodo [ Varanus Komodoensis ], Rusa Timor [ Cervus Timorensis ], Landak [ Zaglossus Sp ], Kera [ Macaca Sp ], Musang [ Paradoxurus Haemaproditus ], Biawak Timor [ Varanus Timorensis ], Kuskus [ Phalanger Sp ], Ayam Hutan [ Gallus Sp ], Buaya [ Crododulus Porosus ], Serta Berbagai Jenis Burung Misalnya Elang [ Elanus Sp ], Bluwok Atau Bangau Putih [ Egretta Sacra ], Sandang Glawe Atau Bangau Hitam [ Ciconia Episcopus ], Burung Perkici Dada Kuning [ Trichoglosus Haemotodus ], Burung Nuri [ Lorius Domicella ], Tekukur [ Streptopelia Chinensis ], Burung Wontong Atau Burung Gosong [ Megapodius Reinwardtii ] Dan Kelelawar [ Pteropsus Veropirus ].

Selain Itu Juga, Kawasan Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau Kaya Akan Ekosistem Terumbu Karang Dan Jenis-Jenis Biota Perairan Laut Dangkal. Terdapat Sekitar 27 Jenis Karang Dan Koral Yang Telah Teridentifikasi Dengan Baik, Beberapa Diantaranya Adalah Montipora Sp, Acropora Sp, Lobophylla Sp, Platygyra Sp, Galaxea Sp, Pavites Sp, Stylopora Sp, Pavona Sp, Echynophylla Sp Dan Echynopora Sp. Jenis-Jenis Biota Yang Hidup Diperairan Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau Antara Lain Adalah Mamalia Laut Seperti Duyung [ Dugong Dugon ], Lumba-Lumba Dan Paus [ Physister Catodon ] Serta Aneka Ikan Hias Yang Hidup Di Sepanjang Karang Yang Ada Di Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau.

Di Beberapa Daerah Dan Pulau Di Dalam Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau Ini, Seperti Antara Lain Di Pulau Torong Padang, Hidup Biawak Raksasa Komodo Yang Pada Musim Atau Waktu Tertentu Bisa Dilihat Ketika Sedang Berjemur Dari Atas Kapal, Sementara Kapal Tersebut Diberhentikan. Wisata Bahari Di Kawsan Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau. Dengan Menggunakan Speed Boat Maupun Kapal Kecil Berbahan Fibre Glass, Selain Itu Para Pengunjung Bisa Menikmati Indahnya Kehidupan Alam Bawah Laut Di Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau Yakni Keanekaragaman Jenis Karang Yang Warna-Warni Dengan Berbagai Jenis Ikan Hias Yang Indah Dan Sangat Mempesona. Dengan Airnya Yang Sangat Jernih, Berenang, Snorkling, Memotret Bawah Laut Dan Menyelam Adalah Tawaran Utama Wisata Di Kawasan Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau.


DANAU KELIMUTU

Danau Kelimutu Merupakan Salah Satu Obyek Wisata Andalan Flores. Untuk Mencapai Danau Yang Terletak Sekitar 51 Kilometer Arah Timur Dari Kota Ende Itu, Wisatawan Bisa Menggunakan Kendaraan Bermotor Dari Ende, Juga Bisa Menggunakan Bus Antarkota. Kabut Putih Tebal Yang Bergerak Perlahan Menutupi Puncak Gunung Kelimutu [ Kurang Lebih 1.640 Meter Di Atas Permukaan Laut ] Merupakan Salah Satu Pemandangan Yang Sangat Khas Di Sekitar Tiga Danau Berwarna Di Atas Puncak Gunung. Tidak Jauh Dari Moni Anda Dapat Menjumpai Beberapa Sumber Air Panas Di Sekitar Moni Dan Sangat Menyegarkan Untuk Mandi Di Sumber Panas Ini Terutama Setelah Anda Turun Bekeringat Dari Gunung Kelimutu. Di Sekitar Moni Seperti Di Desa Ngala, Jopu Atau Wolowaru Pada Saat Itu Anda Dapat Melihat Beberapa Rumah Adat Setempat Yang Dibangun Menjulang Tinggi, Beratap Kerucut, Bentuk Di Bagian Bawah Mirip Rumah Panggung Yang Tidak Terlalu Tinggi Dari Permukaan Tanah Dan Untuk Masuk Ke Dalam Rumah Seseorang Harus Menggunakan Tangga. Di Bagian Dalam Atap Kerucut Ini Ada Suatu Platform Di Mana Benda Benda Sakral Termasuk Juga Tulang Belulang Nenek Moyang Mereka Disimpan.

Bagi Para Wisatawan Yang Mengunjungi Flores Pastilah Sepaham Menyebut Danau Kelimutu Sebagai Sebuah Keajaiban Alam. Sementara Masyarakat Flores Sendiri, Dalam Hal Ini Adalah Warga Setempat Percaya Bahwa Danau Kelimutu Ini Adalah Tempat Yang Dihuni Arwah Orang Yang Sudah Meninggal. Berbicara Tentang Danau Kelimutu Yang Ada Di Flores Ini, Tak Hanya Keindahan Dari Danau Kelimutu Ini Saja Yang Tak Bosan Kita Nikmati, Namun Legenda Dan Pesona Bernuansa Magic Yang Berasal Dari Budaya Masyarakat Sekitar Danau Kelimutu, Akan Semakin Lengkap Mengusik Keinginan Kita Untuk Senantiasa Mengunjunginya. Nama Danau Kelimutu Diambil Dari Gabungan Kata " Keli " Yang Berarti " Gunung " Dan " Mutu " Yang Berarti " Mendidih ". Merupakan Salah Satu Daerah Tujuan Wisata Yang Sangat Terkenal Di Pulau Flores, Selain Wisata Komodo, Kampung Tradisional Bena Dan Taman Laut Riung Yang Indah.

Nama Kelimutu Mulai Dikenal Hingga Ke Mancanegara Sejak Tiga Abad Yang Lalu. Pendudukan Kolonial Belanda Di Wilayah Nusantara Adalah Salah Satu Faktor Penyebaran Keindahan Panorama Danau Kelimutu Sampai Ke Mancanegara. Danau Kelimutu Ditemukan Oleh Van Suchtelen, Pegawai Pemerintah Hindia Belanda. Danau Ini Menjadi Lebih Dikenal Setelah Romo Bouman Menerbitkan Artikel Mengenai Danau Kelimutu. Danau Vulkanik Itu Dianggap Ajaib Atau Misterius, Karena Warna Ketiga Danau Tersebut Berubah-Ubah Seiring Dengan Perjalanan Waktu. Setiap Tahunnya, Meski Tidak Banyak Namun Ada Saja Orang Belanda Dan Eropa Yang Datang Untuk Mengunjungi Danau Kelimutu. Hal Yang Menjadi Daya Tarik Utama Dari Danau Kelimutu Adalah Terletak Pada Tiga Danau Yang Memiliki Masing-Masing Warna Yang Menghuni Kawah Gunung Setinggi 1600 M Ini. Ketiga Danau Ini Memiliki Warna Yang Berbeda Satu Dengan Yang Lainnya, Dan Warna Danau Kelimutu Ini Selalu Berubah Secara Berkala. Di Sekitar Tahun 1960-An, Warna Itu Adalah Putih, Hijau, Dan Biru Hal Yang Berbeda Ketika Tahun 1990-An Anda Kunjungi, Warnanya Menjadi Hitam, Hijau Terang Dan Merah Kecoklatan. Namun Kini Sudah Menjadi Hitam, Hijau Kebiruan, Dan Biru Kehitaman. Sesuatu Hal Yang Terasa Unik Dan Sukar Dijelaskan Namun Itulah Fakta Keberadaan Danau Kelimutu.

Perubahan Warna Yang terjadi Pada Danau Kelimutu Ini, Diperkirakan Terjadi Karena Perubahan Kandungan Mineral Yang Terdapat Di Dalam Danau Kelimutu. Di Era Modern Sekarang Ini Sudah Menjadi Suatu Kebiasaan Bagi Kebanyakan Kalangan Untuk Menerima Sesuatu Melalui Penjelasan-Penjelasan Ilmiah Yang Dapat Diterima Logika, Ketimbang Menerima Atau Mempercayai Legenda-Legenda Yang Ada Tentang Sesuatu Hal. Menurut Beberapa Kalangan, Dugaan Terhadap Perubahan Warna Air Di Danau Itu Disebabkan Aktivitas Vulkanik Dari Gunung Kelimutu, Pembiasan Cahaya Matahari, Adanya Mikro Biota Pada Air Danau, Terjadinya Zat Kimia Terlarut, Serta Akibat Pantulan Warna Dinding Dan Dasar Danau. Penjelasan Singkat Bahwa Perubahan Warna Air Ke Biru Putih [ Sekarang Hijau ] Dimungkinkan Oleh Perubahan Komposisi Kimia Air Kawah Akibat Perubahan Gas-Gas Gunung Api, Atau Dapat Juga Akibat Meningkatnya Suhu.
Sementara Itu, Meningkatnya Konsentrasi Kadar Besi [ Fe ] Dalam Fluida Danau Kelimutu Menyebabkan Warna Merah Hingga Kehitaman [ Sekarang Cokelat Tua ]. Adapun Warna Hijau Lumut Dimungkinkan Dari Biota Jenis Lumut Tertentu. Lalu Soal Dinding Pemisah Antara Tiwu Nua Muri Koo Fai Dengan Tiwu Ata Polo Diberikan Penjelasan Singkat Bahwa Dari Sudut Geologi, Bagian Dinding Danau Merupakan Bagian Yang Paling Labil. Dengan Posisi Berdekatan, Apalagi Jika Terjadi Gempa Dengan Skala Besar, Tidak Menutup Kemungkinan Kedua Danau Ini Akan Menyatu.

Sebuah Legenda Yang Dipercaya Oleh Masyarakat Penghuni Sekitar Wilayah Danau Kelimutu Adalah Bahwa Danau Kelimutu Diyakini Sebagai Danau Tempat Berkumpulnya Para Arwah Dari Orang-Orang Yang Telah Meninggal. Menurut Masyarakat Adat Asli Yang Menghuni Desa-Desa Di Kawasan Gunung Kelimutu, Ada Tiga Jenis Arwah Orang Mati Yang Berkumpul Di Danau Kelimutu, Yaitu Arwah Mereka Yang Berbuat Kebaikan Di Dunia, Arwah Para Pendosa Dan Penjahat, Serta Arwah Anak-Anak Dan Remaja Ketiga Jenis Arwah Ini Menempati Tiga Danau Di Kawah Kelimutu. Danau Yang Berwarna Hitam Pada Danau Kelimutu, Diyakini Penghuninya Adalah Arwah Para Pendosa Atau Penjahat, Disebut Danau Arwah Tukang Tenung Atau Orang Jahat [ Tiwu Ata Polo ], Danau Yang Berwarna Hijau Untuk Pada Danau Kelimutu Adalah Tempat Bagi Arwah Anak-Anak, Masyarakat Biasanya Menyebutnya Dengan Danau Arwah Muda-Mudi [ Tiwu Nua Muri Koo Fai ]. Danau Yang Berwarna Merah Pada Danau Kelimutu Untuk Arwah Orangtua Atau Orang Yang Sepanjang Hidupnya Banyak Berbuat Kebaikan, Yang Biasa Disebut Danau Arwah Orangtua [ Tiwu Ata Mbupu ]. Sebelum Menuju Surga Atau Neraka, Arwah-Arwah Ini Diyakini Akan Menunggu Di Ketiga Danau Pada Danau Kelimutu Ini.

Legenda Tentang Danau Kelimutu Yang Ada Di Kalangan Masyarakat Setempat Ini, Masih Ditambah Lagi Dengan Pernyataan Warga Seputar Danau Kelimutu Tentang Perubahan Warna Pada Danau Kelimutu Diyakini Berhubungan Dengan Kejadian-Kejadian Besar Yang Terjadi Di Indonesia. Perubahan Warna Yang Terjadi Pada Danau Kelimutu Yang Berwarna Putih Itu Kemudian Berubah Menjadi Hitam Saat Terjadi Pemberontakan PKI Di Tahun 1965. Legenda Tentang Danau Kelimutu Tak Lepas Dari Keberadaan Desa Adat Moni Dan Masyarakat Adat Konara Sebagai Penghuni Pertama Tanah Leluhur Ini. Mereka Adalah Keturunan Suku Bangsa Lio Yang Banyak Tersebar Di Kabupaten Ende. Orang Konara Mendiami Desa-Desa Di Pucuk Gunung Seperti Mboti Dan Pome, Di Sepanjang Jalan Raya Seperti Moni, Wolowaru, Hingga Ke Pedalaman Yang Jauh Di Potu, Woluara, Jopu, Wolojita, Dan Nggela. Ada Pula Yang Tinggal Di Kota, Bahkan Di Luar Pulau. Keterikatan Pada Tanah Leluhur Membuat Mereka Selalu Kembali Tatkala Digelar Upacara Adat. Tentu Saja Sambil Membawa Upeti Seperti Babi, Kerbau, Dan Kuda, Yang Melambangkan Kesetiaan Sekaligus Keberhasilan Hidup.

Masih Juga Seputar Legenda Di Kawasan Danau Kelimutu Ini, Warga Asli Di Kawasan Danau Kelimutu Ini, Yaitu Orang Konara Adalah Keturunan Dari Bangsa Jin, Mereka Percaya Bahwa Nenek Moyang Mereka Menikah Dengan Seorang Putri Dari Bangsa Jin. Mereka Kemudian Disebut Inne Amma [ Ibu Bapak ], Dan Menurunkan Orang-Orang Moni. Itu Sebabnya Penduduk Kelimutu Percaya Memiliki Kekuatan Spiritual Yang Besar, Sehingga Berbagai Upacara Adat Yang Digelar Penuh Dengan Nilai Magis.
Inne-Amma Tinggal Di Sauriyah, Rumah Adat Yang Terbuat Dari Kayu Yang Adalah Rumah Asli Mereka. Kini Situs Rumah Adat Ini Masih Bisa Kita Saksikan Keberadaanya Hingga Saat Ini Di Desa Moni, Yang Menjadi Pusat Kebudayaan Konara. Di Sauriyah Tinggal Beberapa Keluarga Tetua Adat. Para Tetua Adat Pun Sering Berkumpul Di Sini. Namun Mereka Menggunakan Rumah Keda Yang Berada Di Depan Rumah Adat, Sebagai Tempat Bermusyawarah.

Makam Leluhur Orang Konara Juga Terdapat Di Kompleks Situs. Jalan Menuju Makam Berupa Batu-Batuan Yang Ditata Mirip Anak Tangga, Dan Melambangkan Tingkatan Masyarakat Konara Di Masa Lalu. Batu Pertama Melambangkan Pintu Gerbang Pertama. Sebagai Penghormatan Terhadap Arwah Leluhur, Pengunjung Biasanya Meletakkan Sesaji Di Sini. Batu Terakhir Merupakan Jalan Menuju Pimpinan Tertinggi Konara, Sang Inne-Amma.

Kini, Keturunan Inne-Amma Menghuni Kuburan Umum Jika Meninggal. Namun Beberapa Keluarga Tetua Adat Masih Ada Yang Mengawetkan Tulang-Belulang Kepala Keluarganya Jika Meninggal. Tulang Belulang Ini Disimpan Di Sebuah Peti Yang Tertutup, Lalu Diletakkan Di Rumah Baku Bersama Barang-Barang Berharga Seperti Gading Gajah, Emas, Perhiasan, Atau Pakaian. Namun Raibnya Beberapa Barang Berharga Dan Sepasang Tulang Lelaki-Perempuan Berumur Ratusan Tahun, Membuat Kebiasaan Ini Mulai Ditinggalkan.

Pasola di Sumba Barat
 
Pasola : Ini adalah bagian dari serangkaian upacara tradisionil yang dilakukan oleh orang Sumba yang masih menganut agama asli yang disebut Marapu. Setiap tahun pada bulan Februari atau Maret serangkaian upacara adat dilakukan dalam rangka memohon restu para dewa agar supaya panen tahun tersebut berhasil dengan baik. Puncak dari serangkaian upacara adat yang dilakukan beberapa hari sebelumnya adalah apa yang disebut pasola. Pasola adalah ‘perang-perangan’ yang dilakukan oleh dua kelompok berkuda. Setiap kelompok teridiri atas lebih dari 100 pemuda bersenjakan tombak yang dibuat dari kayu berdiameter kira-kira1,5 cm yang ujungnya dibiarkan tumpul. Walaupun tombak tersebut tumpul, pasola kadang-kadang memakan korban bahkan korban jiwa. Tapi tidak ada dendam dalam pasola, kalau masih penasaran silakan tunggu sampai pasola tahun depannya. Kalau ada korban dalam pasola, menurut kepercayaan Marapu, korban tersebut mendapat hukuman dari para dewa karena telah telah melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan.
Pasola, Tragedi Asmara di Padang Savana
Membedah pulau Sumba terbesit pesan Sumba adalah pulaunya para arwah. Di setiap sudut kota dan kampungnya tersimpan persembahan dan pujian para abdi. Nama Sumba atau Humba berasal dari nama ibu model Rambu Humba, istri kekasih hati Umbu Mandoku, salah satu peletak landasan suku-suku atas kabisu-kabisu Sumba. Dua pertiga penduduknya adalah pemeluk yang khusuk berbakti kepada arwah para leluhurnya, khususnya kepada bapak besar bersama, sang pengasal semua suku. Marapu menurut petunjuk dan perhitungan para Rato, Pemimpin Suku dan Imam agung para Merapu. Altar megalik dan batu kuburan keramat yang menghias setiap jantung kampung dan dusun (paraingu) adalah bukti pasti akan kepercayaan animisme itu. Sumba, pulau padang savana yang dipergagah kuda-kuda liar yang kuat yang tak kenal lelah menjelajah lorong, lembah dan pulau berbatu warisan leluhur. Binatang unggulan tingkatan mondial itu semakin merambah maraknya perang akbar pasola, perang melempar lembing kayu sambil memacu kuda, untuk menyambut putri nyale, si putri cantik yang menjelma diri dalam ujud cacing laut yang nikmat gurih.
Pasola berasal dari kata `sola’ atau `hola’, yang berarti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan. Setelah mendapat imbuhan `pa’ (pa-sola, pa-hola), artinya menjadi permainan. Jadi pasola atau pahola berarti permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas punggung kuda yang sedang dipacu kencang antara dua kelompok yang berlawanan. Pasola diselenggarakan di Sumba Barat setahun sekali pada bulan Februari di Kodi dan Lamboya. Sedangkan bulan Maret di Wanokaka. Pasola dilaksanakan di bentangan padang luas, disaksikan oleh segenap warga Kabisu dan Paraingu dari kedua kelompok yang bertanding dan oleh masyarakat umum. Sedangkan peserta permainan adalah pria pilih tanding dari kedua Kabius yang harus menguasai dua keterampilan sekaligus yakni memacu kuda dan melempar lembing (hola). Pasola biasanya menjadi klimaks dari seluruh rangkaian kegiatan dalam rangka pesta nyale.
Skandal Janda Cantik
Menelurusi asal-usulnya, pasola berasal dari skandal janda cantik jelita, Rabu Kaba sebagaimana dikisahkan dalam hikayat orang Waiwuang. Alkisah ada tiga bersaudara: Ngongo Tau Masusu, Yagi Waikareri dan Umbu Dula memberitahu warga Waiwuang bahwa mereka hendak melaut. Tapi nyatanya mereka pergi ke selatan pantai Sumba Timur untuk mengambil padi. Setelah dinanti sekian lama dan dicari kian ke mari tidak membuahkan hasil, warga Waiwuang merasa yakin bahwa tiga bersaudara pemimpin mereka itu telah tiada. Mereka pun mengadakan perkabungan dengan belasungkawa atas kepergian kematian para pemimpin mereka.
Dalam kedukaan mahadahsyat itu, janda cantik jelita `almarhum’ Umbu Dulla, Rabu Kaba mendapat lapangan hati Rda Gaiparona, si gatotkaca asal Kampung Kodi. Mereka terjerat dalam asmara dan saling berjanji menjadi kekasih.
Namun adat tidak menghendaki perkawinan mereka. Karena itu sepasang anak manusia yang tak mampu memendam rindu asmara ini nekat melakukan kawin lari. Janda cantik jelita Rabu Kaba diboyong sang gatot kaca Teda Gaiparona ke kampung halamannya. Sementara ketiga pemimpin warga Waiwuang kembali ke kampung. Warga Waiwuang menyambutnya dengan penuh sukacita.
Namun mendung duka tak dapat dibendung tatkala Umbu Dulla menanyakan perihal istrinya. ‘Yang mulia Sri Ratu telah dilarikan Teda Gaiparona ke Kampung Kodi,’ jawab warga Waiwulang pilu. Lalu seluruh warga Waiwulang dikerahkan untuk mencari dua sejoli yang mabuk kepayang itu. Keduanya ditemukan di kaki gunung Bodu Hula. Walaupun berhasil ditemukan warga Waiwuang di kaki gunung Bodu Hula namun Rabu Kaba yang telah meneguk madu asmara Teda Gaiparona dan tidak ingin kembali. Ia meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona untuk mengganti belis yang diterima dari keluarga Umbu Dulla. Teda Gaiparona lalu menyanggupinya dan membayar belis pengganti. Setelah seluruh belis dilunasi diadakanlah upacara perkawinan pasangan Rabu Kaba dengan Teda Gaiparona. Pada akhir pesta pernikahan keluarga, Teda Gaiparona berpesan kepada warga Waiwuang agar mengadakan pesta nyale dalam wujud pasola untuk melupakan kesedihan mereka karena kehilangan janda cantik Rabu Kaba. Atas dasar hikayat ini, setiap tahun warga kampung Waiwuang, Kodi dan Wanokaka Sumba Barat mengadakan bulan (wula) nyale dan pesta pasola. Akar pasola yang tertanam jauh dalam budaya masyarakat Sumba Barat menjadikan pasola tidak sekadar keramaian insani dan menjadi terminal pengasong keseharian penduduk. Tetapi menjadi satu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada sang leluhur. Pasola adalah perintah para leluhur untuk dijadikan penduduk pemeluk Marapu. Karena itu pasola pada tempat yang pertama adalah kultus religius yang mengungkapkan inti religiositas agama Marapu. Hal ini sangat jelas pada pelaksanaan pasola, pasola diawali dengan doa semadhi dan Lakutapa (puasa) para Rato, foturolog dan pemimpin religius dari setiap kabisu terutama yang terlibat dalam pasola. Sedangkan sebulan sebelum hari H pelaksanaan pasola sudah dimaklumkan bulan pentahiran bagi setiap warga Paraingu dan pada saat pelaksanaan pasola, darah yang tercucur sangat berkhasiat untuk kesuburan tanah dan kesuksesan panenan. Bila terjadi kematian yang disebabkan oleh permainan pasola, dipandang sebagai bukti pelanggaran atas norma adat yang berlaku, termasuk bulan pentahiran menjelang pasola. Pada tempat kedua, pasola merupakan satu bentuk penyelesaian krisis suku melalui `bellum pacificum’ perang damai dalam permainan pasola.
Peristiwa minggatnya janda Rabu Kaba dari Keluarga Waiwuang ke keluarga Kodi dan beralih status dari istri Umbu Dulla menjadi istri Teda Gaiparona bukanlah peristiwa nikmat. Tetapi peristiwa yang sangat menyakitkan dan tamparan telak di muka keluarga Waiwuang dan terutama Umbu Dulla yang punya istri. Keluarga Waiwuang sudah pasti berang besar dan siap melumat habis keluarga Kodi terutama Teda Gaiparona. Keluarga Kodi sudah menyadari bencana itu. Lalu mencari jalan penyelesaian dengan menjadikan seremoni nyale yang langsung berpautan dengan inti penyembahan kepada arwah leluhur untuk memohon doa restu bagi kesuburan dan sukses panen, sebagai keramaian bersama untuk melupakan kesedihan karena ditinggalkan Rabu Kaba. Pada tempat ketiga, pasola menjadi perekat jalinan persaudaraan antara dua kelompok yang turut dalam pasola dan bagi masyarakat umum. Permainan jenis apa pun termasuk pasola selalu menjadi sarana sosial ampuh. Apalagi bagu kedua kabisu yang terlibat secara langsung dalam pasola. Selama pasola berlangsung semua peserta, kelompok pendukung dan penonton diajak untuk tertawa bersama, bergembira bersama dan bersorak-sorai bersama sambil menyaksikan ketangkasan para pemain dan ringkik pekikan gadis-gadis pendukung kubu masing-masing. Karena itu pasola menjadi terminal pengasong keseharian penduduk dan tempat menjalin persahabatan dan persaudaraan. Sebagai sebuah pentas budaya sudah pasti pasola mempunyai pesona daya tarik yang sangat memukau. Olehnya pemerintah turut mendukung dengan menjadikan pasola sebagai salah satu ‘mayor event’.
Kain Ikat : Pulau Sumba terkenal dengan kain ikatnya yang indah dan unik, kain ikat tersebut ditenun selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Kain ikat yang baik mempunyai nilai tradisionil dan ekonomi yang tinggi sekali. Selembar kain ikat Sumba yang baik dapat mencapai jutaan rupiah.
Kain ikat atau kain tenun ini dibuat dari kapas atau benang katun yang diwanteks, kadang-kadang proses mewainai benang yang akan di tenun itu dilakukan dengan sangat tradisonil yaitu dengan menanamnya kedalam tanah untuk beberapa minggu sebelum di tenun. Secara tradisional hanya wanita Sumba yang diperbolehkan menenun kain. Upacara penguburan dan kuburan batu: Salah satu dari sekian banyak keunikan yang terdapat di Sumba adalah upacara penguburan mayatnya yang dilakukan secara besar-besaran dan bentuk kuburan batunya yang unik.
Orang Sumba percaya bahwa kehidupan dan kematian adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, kematian seseorang adalah hal yang sama penting dengan kehidupannya. Dan seluruh proses kehidupan dan kematian tidak bisa dipisahkan dengan ternak mereka (kerbau, sapi, kuda dan babi). Hewan mempunyai nilai tradisional yang sangat tinggi, dan memegang peranan yang penting dalam perkawinan atau pesta adat. Kalau seorang pria mempersunting wanita Sumba, dia harus membayar mas kawin berupa kerbau, kuda atau sapi yang jumlahnya tergantung dari kedudukan ayah atau keluarga wanita tersebut dalam masyarakat, tetapi jumlah tersebut sekitar 50 sampai 400 ekor bahkan lebih. Begitu pula kalau ada anggota keluarga yang meninggal, pada saat penguburan, berpuluh-puluh hewan disembeli, jumlah hewan yang disembeli juga tergantung pada kedudukan orang yang meninggal atau keluarganya dalam masyarakat. Bentuk kuburan orang Sumba juga unik, terbuat dari batu berbentuk kotak besar dengan tutup yang juga terbuat dari batu (lihat foto). Setiap keluarga bisanya punya sebuah batu kubur, jadi kalau ada anggota keluarga yang meninggal bisanya dikuburkan dalam batu kubur yang disediakan untuk semua anggota keluarga itu.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar