Pantai Lasiana
Selayang Pandang
Pantai Lasiana mulai dibuka untuk umum sekitar tahun 1970-an. Sejak
Dinas Pariwisata NTT memoles dengan membangun berbagai fasilitas pada
tahun 1986, Pantai Lasiana ramai dikunjungi turis asing. Sesuai rencana
pengembangan Pemkot Kupang, Pantai Lasiana akan dijadikan Taman Budaya
Flobamora, yakni sebutan yang mengacu pada keseluruhan suku bangsa di
dekat Pantai Lasiana, antara lain, Flores, Sumba, Timor dan Alor.
Di pantai Lasiana ini banyak didapati lopo-lopo yang berderet.
Lopo-lopo adalah sebutan lokal untuk pondok yang dibangun menyerupai
payung dengan tiang dari batang pohon kelapa atau kayu dan beratapkan
ijuk, pelepah kelapa atau lontar, dan alang-alang. Bisa juga beratapkan
seng yang bagian luarnya dilapisi ijuk, pelepah kelapa atau lontar dan
alang-alang.
Keistimewaan
Pantai nan landai sekitar 3,5 hektar atau tepatnya 35.065 persegi ini,
berudara sejuk karena dinaungi 65 pohon kelapa dan 230 pohon lontar tua
yang hingga kini masih produktif. Pantainya berpasir putih halus,
lautnya biru, airnya jernih dengan debur ombak yang bergulung-gulung
kecil, tenang. Keindahan pantai ini bukan karena fasilitas buatan,
tetapi lebih karena karakter alamnya.
Pantai Lasiana mempunyai
topografi menarik, pada bagian barat terdapat perbukitan, sehingga
keseluruhan kawasan ini mempunyai variasi unik, yaitu perpaduan antara
perbukitan dan pantai.
Lokasi
Pantai ini terletak di Kecamatan Kupang Tengah, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Akses Menuju Lokasi
Pantai Lasiana berjarak 12 Km dari pusat kota Kupang. Umumnya,
pengunjung datang menggunakan angkutan umum, atau dengan kendaraan
pribadi. Untuk angkutan umum pengunjung dapat naik jenis kendaraan colt,
dengan biaya Rp. 5000.
Harga Tiket Masuk Lokasi
Pengunjung dipungut tiket masuk Rp 1.000 per-orang, Rp 500 per-sepeda motor, dan Rp 1.500 per-mobil/roda empat.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di pantai ini terdapat satu bangunan kios percontohan, tiga kios
komersial, dua kios cinderamata, empat kamar mandi cuci dan kakus (MCK),
satu kolam renang dan instalasi air, satu kantor pengelola, satu
panggung hiburan rakyat, dan tiga unit home stay. Umumnya para pedagang
berjualan mulai Sabtu sore, sepanjang hari Minggu dan hari libur
lainnya. Selain menyediakan minuman dan makanan ringan, pedagang kecil
di sekitar pantai juga menjajakan kelapa muda, jagung muda bakar dan
pisang gepe.
Air Terjun Oenesu
Menyebut Oenesu bagi orang Kupang
berarti menawarkan bersantai di suasana segar. Sebagai salah satu dari
sedikit air terjun yang ada di Kupang, tempat wisata air terjun Oenesu
menjadi pemberhentian sejenak bagi warga Kupang mereguknya segarnya hawa
yang ditawarkan tempat ini.
Perhatikan, pada hari Sabtu atau Minggu maka rombongan muda-mudi atau
keluarga banyak yang mendatangi tempat ini. Lokasi ini berjarak kurang
lebih 17 km dari Kupang dan jalan menuju tempat ini cukup baik. Aku
sendiri tidak mengalami masalah sama sekali menggunakan sedan ke tempat
ini. Memang sempat muncul kekuatiran terutama adanya satu jembatan kayu
yang harus dilewati untuk sampai ke lokasi ini.
Justru yang
belum mendapatkan perhatian yang cukup dari pengelola tempat ini adalah
kondisi jalan dan penataan di lokasi wisata ini. Jalan yang masih berupa
jalan tanah berbatu-batu serta tidak adanya tempat parkir kadang
membuat tempat ini tampak semrawut dengan mobil dan motor yang diparkir
semaunya.
Begitu sampai di lokasi maka anda akan disambut dengan
genangan air yang merupakan bagian atas air terjun. Debit air terjun
ini cukup stabil, pada musim kering sekalipun debit air masih lumayan
dapat dinikmati. Foto-foto di atas diambil pada bulan Oktober, masuk
bulan-bulan yang kering dan panas yang menyengat.
Debit pada
musim hujan tentu akan lebih besar, mungkin bisa dua kali lipat di
banding musim panas. Pada saat itu jika kita tepat di bawah air terjun
suara deru air terjun seakan menenggelamkan suara kita sendiri. Jangan
heran kalau kita sering mendengar teriakan-teriakan dan suara tertawa
yang cukup dari pengunjung yang menikmati air terjun ini.
Sampai
di lokasi, ada dua jalur yang dapat dipakai untuk turun menikmati air
terjun ini. Sebelah kiri lokasi terdapat jalan menurun yang cukup terjal
yang akan membawa anda ke sebuah jembatan jauh di bawah air terjun
utama. Dari jembatan yang masih baru ini (saat tulisan ini dibuat), anda
bisa melihat beberapa tingkat air terjun.
Jalur lain dapat anda
coba melalui jembatan kayu. Jembatan ini sebenarnya cukup membahayakan
terutama untuk anak-anak karena kayu tidak terpasang menutup semua
ruasnya. Jika tidak hati-hati anda dapat terperosok. Jaga anak-anak anda
sewaktu melewati jembatan ini. Setelah itu anda harus menuruni anak
tangga yang lagi-lagi curam, itupun kondisi anak tangganya tidak rata.
Ini juga saya ingatkan kembali pada anda untuk berhati-hati.
Membawa
bekal waktu turun sangat disarankan karena naik turun untuk mengambil
makanan ke atas sangat melelahkan. Namun sesampai di bawah, pemandangan
air terjun seakan membilas rasa penat anda. Jangan takut batuan di
tempat ini tidak licin, karena airnya yang mengandung kapur cukup tinggi
(ciri khas air di Kupang) maka batu jadi terasa kesat. Suasana yang
rindang karena banyak pohon-pohon besar tumbuh di sekitar air terjun.
Ini masih ditambah dengan suitan-suitan burung yang sering terdengar
nyaring dari balik pepohonan. Anda bisa langsung memilih berendam di
salah satu anakan air terjun atau memilih menelusuri ke bawah. Gerak
tarian air terjun membentuk alur-alur yang unik, hati-hati karena
beberapa cekungan tingkat air ini ada yang dalam.
Andapun bisa
sekedar membentangkan tikar dan bermalas-malasan menikmati sejuknya hawa
serta deru suara air terjun. Keriangan suara pengunjung seakan mengajak
anda ikut riang.
Kolam Renang Baumata
Baumata adalah sebuah desa yang
terletak 16 Km dari Kota Kupang atau 6 Km Arah Timur dari Bandara El
Tari kupang, tepatnya di Kecamatan Kupang Tengah yang merupakan salah
satu tempat rekreasi/objek wisata yang cukup dikenal dan ramai
dikunjungi orang.
Sebagai tempat rekreasi, selain terdapat Hutan
Alam yang merupakan obyek wisata alam (Eco Tourist), Baumata terkenal
juga dengan sumber mata air alamiah yang bersih dan segar. Saat ini
Perusahaan air Aquamor yang telah mengekspor air mineralnya keberbagai
daerah di NTT mengambil air dari sumber air Baumata. Demikian Juga
dengan PDAM Kupang yang merupakan sumber air utama bagi Kota Kupang
mendapatkan suplay air dari Sumber Air Baumata.
Daya tarik yang menonjol yang dimiliki obyek wisata alam Baumata adalah
Kolam Renangnya baik bagi orang dewasa dan anak-anak peninggalan
sejarahnya/situs yaitu gua alam yang cukup menarik dengan stalaktit dan
stalakmit, berjarak ± 250 meter dari kolam renang. Masyarakat
menyebutnya “Gua Jepang” yang merupakan bekas peninggalan Tentara Jepang
sebagai tempat persembunyian selama perang dunia ke II
Selain menikmati pemandangan alamnya dengan udara yang sejuk, didekat
kolam renang itu juga terdapat kolam alam yang dihiasi dengan bunga
teratai sebagai tempat perlindungan beberapa habitat air tawar seperti
jenis-jenis ikan dan udang. Juga saat ini oleh pihak pengelola, kolam
tersebut telah dibudidayakan beberapa jenis ikan yang potensial untuk
dikonsumsi antara lain : Ikan Bandeng, Tawes dan Ikan Mas.
Daya Tarik Wisata
Baumata merupakan salah satu tempat rekreasi dan wisata alam yang
cukup menarik minat banyak orang. Kegiatan yang dapat dilakukan selain
menikmati pemandangan alam dengan udaranya yang sejuk, berkemah,
kegiatan fotografi, kebudayaan tradisional masyarakat yaitu “Tarian
Hering” yang biasa ditarikan untuk menyambut para pembesar atau Tamu
Agung.
Bagaimana Menuju ke Lokasi
Tempat
rekreasi Baumata hanya dapat ditempuh melalui jalan darat ± 30 menit
dengan menggunakan kendaraan umum (Bemo) dari Kupang jurusan Penfui –
Baumata - nomor 15 dan nomor 16, maupun dengan Jeep, Taxi, Sepeda Motor
ataupun dengan bersepeda.
Sarana Penunjang
Lokasi wisata ini hanya dibuka pada Hari Jumat, Sabtu dan Minggu atau
pada hari libur lainnya. Terutama pada pada hari libur obyak wisata
akan dikunjungi oleh banyak pengunjung yang berdatangan dari kota KUpang
maupun daerah sekitarnya.
Telah tersedia tempat parkir, kamar ganti, Toilet, Warung makan.
Harga Karcis masuk ke lokasi
- Dewasa seharga Rp.5.000/ orang
- Anak-anak seharga Rp 3.500 / orang
- Sewa Ban / pelampung, Ban Kecil Rp.5000, Ban Besar Rp.10.000
Pantai Kolbano
Bagi kebanyakan wisatawan mengunjungi pesisir
pantai yang dipenuhi hamparan pasir putih atau pasir hitam merupakan
hal biasa yang dapat kita lihat, namun bagaimana dengan pesisir pantai
yang dipenuhi hamparan batu berwarna-warni yang sangat indah dan unik,
bisa jadi menjadi pemandangan baru bagi Anda. Ini bisa Anda lihat dan
rasakan hanya di sepanjang pesisir Pantai Kolbano.
Pantai Kolbano
terletak di Desa Kolbano, Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timor Tengah
Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas wilayah Desa Kolbano
17 Km2. Pantai Kolbano terkenal dengan batu warnanya dan sudah
dimanfaatkan penduduk setempat sejak tahun 1971.
Batu warna di
pesisir Pantai Kolbano ini, memiliki bermacam ragam bentuk dan warna.
Ada yang berwarna merah, hijau, kuning, hitam, bahkan batu yang bercorak
pun ada. Juga ada batu yang memiliki tiga warna (merah, hitam dan
krem).
Keindahan Pantai Kolbano ini dapat dinikmati oleh wisatawan baik yang
berasal dari daerah sekitar Nusa Tenggara Timur dan berbagai daerah
lainnya. Bila Anda tinggal di Jakarta, maka Anda dapat menggunakan
pesawat Mandala Airlines, Sriwijaya Airlines, Batavia Airlines atau
Merpati Airlines dengan tujuan Kupang yang ditempuh selama ± 6 jam.
Setibanya di kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, ada 2 (dua) pilihan
yang dapat Anda lakukan : Anda dapat menginap 1 (satu) malam di Kupang
atau Anda dapat langsung melanjutkan perjalanan menuju Pantai Kolbano
(tergantung waktu yang ada). Jika Anda ingin tetap melanjutkan
perjalanan ke Pantai Kolbano, maka Anda dapat menggunakan jasa travel
atau bus kota jurusan Kolbano dengan membayar ongkos seharga
Rp.60.000,-. Namun disarankan agar Anda berangkat pada Pk. 06.00 WITA,
karena bus yang berangkat dari terminal bus Kupang hanya satu kali
perjalanan dan perjalanan dari Kupang ke pantai Kolbano ditempuh selama ±
6 jam.
Jika Anda sudah tiba di Pantai kolbano, Anda dapat
mencari rumah penginapan di rumah penduduk dengan sistem sewa, atau Anda
dapat menginap di Mess Pemda TTS.
RIUNG 17 PULAU
Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau,
Merupakan Gugusan Pulau-Pulau Besar Dan Kecil, Dengan Jumlah 17 Pulau,
Yaitu Pulau Pau, Pulau Borong, Pulau Ontoloe [ Terbesar ], Pulau Dua,
Pulau Kolong, Pulau Lainjawa, Pulau Besar, Pulau Halima [ Pulau Nani ],
Pulau Patta, Pulau Rutong, Pulau Meja, Pulau Bampa [ Pulau Tampa Atau
Pulau Tembang ], Pulau Tiga [ Pulau Panjang ], Pulau Tembaga, Pulau
Taor, Pulau Sui Dan Pulau Wire. Keseluruh Pulau Tersebut Adalah Pulau
Tak Berpenghuni Alias Tidak Dihuni Oleh Manusia.
Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau Terletak Di Daratan Pulau Flores Yang Secara Administratif Masuk Didalam Wilayah Kecamatan Riung, Kabupaten Daerah Tingkat II
Ngada. Kawasan Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau Ini Berada Sekitar 70 Km Sebelah Utara Kota Bajawa, Ibukota
Ngada. Dunia Indah Bawah Laut Yang Tak Kalah Menarik, Adalah Tawaran Dari Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau
Kepada Para Diver Atau Penyelam Atau Bagi Mereka Yang Sekedar Datang
Hanya Untuk Melakukan Snorkeling. Kawasan Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau
Merupakan Type Pulau Dengan Hutan Yang Cenderung Kering Didalam Wilayah
Pulaunya. Vegetasi Campuran Antara Jenis-Jenis Ketapang [ Terminalia
Catappa ], Waru [ Hibiscus Tiliacus ], Kemiri [ Aleuritis Molucana ],
Pandan [ Pandanus Tectorius ], Jati [ Tectona Grandis ], Kepuh [
Sterculia Foetida ], Kesambi [ Schleichera Oleosa ], Cendana [ Santalum
Album ], Kayu Manis [ Mangivera Indica ], Asam [ Tamarindus Indica ],
Sengon Laut [ Albizia Sp ], Johar [ Cassia Siamea ], Nyamplung [
Calophyllum Inophykum ] Dan Ampupu [ Eucalyptus Urophylla ]. Hampir Di
Seluruh Pesisir Pantai Gugus Pulau Kawasan Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau Ditumbuhi Hutan Bakau Yang Masih Utuh Dengan Jenis-Jenis Dominan Rhizophora Sp, Bruquiera Gymnoriza, Dan Sonneratia Sp.
Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau, Sebagaimana Layaknya Pulau-Pulau Lain Yang Ada Di Dunia. Memiliki Aneka Jenis Fauna Yang Hidup Di Kawasan Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau
Ini Beberapa Diantaranya Adalah Satwa Komodo [ Varanus Komodoensis ],
Rusa Timor [ Cervus Timorensis ], Landak [ Zaglossus Sp ], Kera [ Macaca
Sp ], Musang [ Paradoxurus Haemaproditus ], Biawak Timor [ Varanus
Timorensis ], Kuskus [ Phalanger Sp ], Ayam Hutan [ Gallus Sp ], Buaya [
Crododulus Porosus ], Serta Berbagai Jenis Burung Misalnya Elang [
Elanus Sp ], Bluwok Atau Bangau Putih [ Egretta Sacra ], Sandang Glawe
Atau Bangau Hitam [ Ciconia Episcopus ], Burung Perkici Dada Kuning [
Trichoglosus Haemotodus ], Burung Nuri [ Lorius Domicella ], Tekukur [
Streptopelia Chinensis ], Burung Wontong Atau Burung Gosong [ Megapodius
Reinwardtii ] Dan Kelelawar [ Pteropsus Veropirus ].
Selain Itu Juga, Kawasan Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau
Kaya Akan Ekosistem Terumbu Karang Dan Jenis-Jenis Biota Perairan Laut
Dangkal. Terdapat Sekitar 27 Jenis Karang Dan Koral Yang Telah
Teridentifikasi Dengan Baik, Beberapa Diantaranya Adalah Montipora Sp,
Acropora Sp, Lobophylla Sp, Platygyra Sp, Galaxea Sp, Pavites Sp,
Stylopora Sp, Pavona Sp, Echynophylla Sp Dan Echynopora Sp. Jenis-Jenis
Biota Yang Hidup Diperairan Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau
Antara Lain Adalah Mamalia Laut Seperti Duyung [ Dugong Dugon ],
Lumba-Lumba Dan Paus [ Physister Catodon ] Serta Aneka Ikan Hias Yang
Hidup Di Sepanjang Karang Yang Ada Di Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau.
Di Beberapa Daerah Dan Pulau Di Dalam Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau
Ini, Seperti Antara Lain Di Pulau Torong Padang, Hidup Biawak Raksasa
Komodo Yang Pada Musim Atau Waktu Tertentu Bisa Dilihat Ketika Sedang
Berjemur Dari Atas Kapal, Sementara Kapal Tersebut Diberhentikan. Wisata
Bahari Di Kawsan Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau.
Dengan Menggunakan Speed Boat Maupun Kapal Kecil Berbahan Fibre Glass,
Selain Itu Para Pengunjung Bisa Menikmati Indahnya Kehidupan Alam Bawah
Laut Di Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau Yakni
Keanekaragaman Jenis Karang Yang Warna-Warni Dengan Berbagai Jenis Ikan
Hias Yang Indah Dan Sangat Mempesona. Dengan Airnya Yang Sangat Jernih,
Berenang, Snorkling, Memotret Bawah Laut Dan Menyelam Adalah Tawaran
Utama Wisata Di Kawasan Taman Wisata Alam
Riung 17 Pulau.
DANAU KELIMUTU
Danau Kelimutu Merupakan Salah Satu Obyek Wisata
Andalan Flores. Untuk Mencapai Danau Yang Terletak Sekitar 51 Kilometer
Arah Timur Dari Kota Ende Itu, Wisatawan Bisa Menggunakan Kendaraan
Bermotor Dari Ende, Juga Bisa Menggunakan Bus Antarkota. Kabut Putih
Tebal Yang Bergerak Perlahan Menutupi Puncak Gunung Kelimutu [ Kurang
Lebih 1.640 Meter Di Atas Permukaan Laut ] Merupakan Salah Satu
Pemandangan Yang Sangat Khas Di Sekitar Tiga Danau Berwarna Di Atas
Puncak Gunung. Tidak Jauh Dari Moni Anda Dapat Menjumpai Beberapa Sumber
Air Panas Di Sekitar Moni Dan Sangat Menyegarkan Untuk Mandi Di Sumber
Panas Ini Terutama Setelah Anda Turun Bekeringat Dari Gunung Kelimutu.
Di Sekitar Moni Seperti Di Desa Ngala, Jopu Atau Wolowaru Pada Saat Itu
Anda Dapat Melihat Beberapa Rumah Adat Setempat Yang Dibangun Menjulang
Tinggi, Beratap Kerucut, Bentuk Di Bagian Bawah Mirip Rumah Panggung
Yang Tidak Terlalu Tinggi Dari Permukaan Tanah Dan Untuk Masuk Ke Dalam
Rumah Seseorang Harus Menggunakan Tangga. Di Bagian Dalam Atap Kerucut
Ini Ada Suatu Platform Di Mana Benda Benda Sakral Termasuk Juga Tulang
Belulang Nenek Moyang Mereka Disimpan.
Bagi Para Wisatawan Yang Mengunjungi Flores Pastilah Sepaham Menyebut
Danau Kelimutu Sebagai Sebuah Keajaiban Alam. Sementara Masyarakat Flores Sendiri, Dalam Hal Ini Adalah Warga Setempat Percaya Bahwa
Danau Kelimutu Ini Adalah Tempat Yang Dihuni Arwah Orang Yang Sudah Meninggal. Berbicara Tentang
Danau Kelimutu Yang Ada Di Flores Ini, Tak Hanya Keindahan Dari
Danau Kelimutu Ini Saja Yang Tak Bosan Kita Nikmati, Namun Legenda Dan Pesona Bernuansa Magic Yang Berasal Dari Budaya Masyarakat Sekitar
Danau Kelimutu, Akan Semakin Lengkap Mengusik Keinginan Kita Untuk Senantiasa Mengunjunginya. Nama
Danau Kelimutu
Diambil Dari Gabungan Kata " Keli " Yang Berarti " Gunung " Dan " Mutu "
Yang Berarti " Mendidih ". Merupakan Salah Satu Daerah Tujuan Wisata
Yang Sangat Terkenal Di Pulau Flores, Selain Wisata Komodo, Kampung
Tradisional Bena Dan Taman Laut Riung Yang Indah.
Nama Kelimutu Mulai Dikenal Hingga Ke Mancanegara Sejak Tiga Abad Yang
Lalu. Pendudukan Kolonial Belanda Di Wilayah Nusantara Adalah Salah Satu
Faktor Penyebaran Keindahan Panorama
Danau Kelimutu Sampai Ke Mancanegara.
Danau Kelimutu
Ditemukan Oleh Van Suchtelen, Pegawai Pemerintah Hindia Belanda. Danau
Ini Menjadi Lebih Dikenal Setelah Romo Bouman Menerbitkan Artikel
Mengenai
Danau Kelimutu. Danau Vulkanik Itu Dianggap
Ajaib Atau Misterius, Karena Warna Ketiga Danau Tersebut Berubah-Ubah
Seiring Dengan Perjalanan Waktu. Setiap Tahunnya, Meski Tidak Banyak
Namun Ada Saja Orang Belanda Dan Eropa Yang Datang Untuk Mengunjungi
Danau Kelimutu. Hal Yang Menjadi Daya Tarik Utama Dari
Danau Kelimutu
Adalah Terletak Pada Tiga Danau Yang Memiliki Masing-Masing Warna Yang
Menghuni Kawah Gunung Setinggi 1600 M Ini. Ketiga Danau Ini Memiliki
Warna Yang Berbeda Satu Dengan Yang Lainnya, Dan Warna
Danau Kelimutu
Ini Selalu Berubah Secara Berkala. Di Sekitar Tahun 1960-An, Warna Itu
Adalah Putih, Hijau, Dan Biru Hal Yang Berbeda Ketika Tahun 1990-An Anda
Kunjungi, Warnanya Menjadi Hitam, Hijau Terang Dan Merah Kecoklatan.
Namun Kini Sudah Menjadi Hitam, Hijau Kebiruan, Dan Biru Kehitaman.
Sesuatu Hal Yang Terasa Unik Dan Sukar Dijelaskan Namun Itulah Fakta
Keberadaan
Danau Kelimutu.
Perubahan Warna Yang terjadi Pada
Danau Kelimutu Ini, Diperkirakan Terjadi Karena Perubahan Kandungan Mineral Yang Terdapat Di Dalam
Danau Kelimutu.
Di Era Modern Sekarang Ini Sudah Menjadi Suatu Kebiasaan Bagi
Kebanyakan Kalangan Untuk Menerima Sesuatu Melalui Penjelasan-Penjelasan
Ilmiah Yang Dapat Diterima Logika, Ketimbang Menerima Atau Mempercayai
Legenda-Legenda Yang Ada Tentang Sesuatu Hal. Menurut Beberapa Kalangan,
Dugaan Terhadap Perubahan Warna Air Di Danau Itu Disebabkan Aktivitas
Vulkanik Dari Gunung Kelimutu, Pembiasan Cahaya Matahari, Adanya Mikro
Biota Pada Air Danau, Terjadinya Zat Kimia Terlarut, Serta Akibat
Pantulan Warna Dinding Dan Dasar Danau. Penjelasan Singkat Bahwa
Perubahan Warna Air Ke Biru Putih [ Sekarang Hijau ] Dimungkinkan Oleh
Perubahan Komposisi Kimia Air Kawah Akibat Perubahan Gas-Gas Gunung Api,
Atau Dapat Juga Akibat Meningkatnya Suhu.
Sementara Itu, Meningkatnya Konsentrasi Kadar Besi [ Fe ] Dalam Fluida
Danau Kelimutu
Menyebabkan Warna Merah Hingga Kehitaman [ Sekarang Cokelat Tua ].
Adapun Warna Hijau Lumut Dimungkinkan Dari Biota Jenis Lumut Tertentu.
Lalu Soal Dinding Pemisah Antara Tiwu Nua Muri Koo Fai Dengan Tiwu Ata
Polo Diberikan Penjelasan Singkat Bahwa Dari Sudut Geologi, Bagian
Dinding Danau Merupakan Bagian Yang Paling Labil. Dengan Posisi
Berdekatan, Apalagi Jika Terjadi Gempa Dengan Skala Besar, Tidak Menutup
Kemungkinan Kedua Danau Ini Akan Menyatu.
Sebuah Legenda Yang Dipercaya Oleh Masyarakat Penghuni Sekitar Wilayah
Danau Kelimutu Adalah Bahwa
Danau Kelimutu
Diyakini Sebagai Danau Tempat Berkumpulnya Para Arwah Dari Orang-Orang
Yang Telah Meninggal. Menurut Masyarakat Adat Asli Yang Menghuni
Desa-Desa Di Kawasan Gunung Kelimutu, Ada Tiga Jenis Arwah Orang Mati
Yang Berkumpul Di
Danau Kelimutu, Yaitu Arwah Mereka
Yang Berbuat Kebaikan Di Dunia, Arwah Para Pendosa Dan Penjahat, Serta
Arwah Anak-Anak Dan Remaja Ketiga Jenis Arwah Ini Menempati Tiga Danau
Di Kawah Kelimutu. Danau Yang Berwarna Hitam Pada
Danau Kelimutu,
Diyakini Penghuninya Adalah Arwah Para Pendosa Atau Penjahat, Disebut
Danau Arwah Tukang Tenung Atau Orang Jahat [ Tiwu Ata Polo ], Danau Yang
Berwarna Hijau Untuk Pada
Danau Kelimutu Adalah Tempat
Bagi Arwah Anak-Anak, Masyarakat Biasanya Menyebutnya Dengan Danau
Arwah Muda-Mudi [ Tiwu Nua Muri Koo Fai ]. Danau Yang Berwarna Merah
Pada
Danau Kelimutu Untuk Arwah Orangtua Atau Orang
Yang Sepanjang Hidupnya Banyak Berbuat Kebaikan, Yang Biasa Disebut
Danau Arwah Orangtua [ Tiwu Ata Mbupu ]. Sebelum Menuju Surga Atau
Neraka, Arwah-Arwah Ini Diyakini Akan Menunggu Di Ketiga Danau Pada
Danau Kelimutu Ini.
Legenda Tentang
Danau Kelimutu Yang Ada Di Kalangan Masyarakat Setempat Ini, Masih Ditambah Lagi Dengan Pernyataan Warga Seputar
Danau Kelimutu Tentang Perubahan Warna Pada
Danau Kelimutu Diyakini Berhubungan Dengan Kejadian-Kejadian Besar Yang Terjadi Di Indonesia. Perubahan Warna Yang Terjadi Pada
Danau Kelimutu Yang Berwarna Putih Itu Kemudian Berubah Menjadi Hitam Saat Terjadi Pemberontakan PKI Di Tahun 1965. Legenda Tentang
Danau Kelimutu
Tak Lepas Dari Keberadaan Desa Adat Moni Dan Masyarakat Adat Konara
Sebagai Penghuni Pertama Tanah Leluhur Ini. Mereka Adalah Keturunan Suku
Bangsa Lio Yang Banyak Tersebar Di Kabupaten Ende. Orang Konara
Mendiami Desa-Desa Di Pucuk Gunung Seperti Mboti Dan Pome, Di Sepanjang
Jalan Raya Seperti Moni, Wolowaru, Hingga Ke Pedalaman Yang Jauh Di
Potu, Woluara, Jopu, Wolojita, Dan Nggela. Ada Pula Yang Tinggal Di
Kota, Bahkan Di Luar Pulau. Keterikatan Pada Tanah Leluhur Membuat
Mereka Selalu Kembali Tatkala Digelar Upacara Adat. Tentu Saja Sambil
Membawa Upeti Seperti Babi, Kerbau, Dan Kuda, Yang Melambangkan
Kesetiaan Sekaligus Keberhasilan Hidup.
Masih Juga Seputar Legenda Di Kawasan
Danau Kelimutu Ini, Warga Asli Di Kawasan
Danau Kelimutu
Ini, Yaitu Orang Konara Adalah Keturunan Dari Bangsa Jin, Mereka
Percaya Bahwa Nenek Moyang Mereka Menikah Dengan Seorang Putri Dari
Bangsa Jin. Mereka Kemudian Disebut Inne Amma [ Ibu Bapak ], Dan
Menurunkan Orang-Orang Moni. Itu Sebabnya Penduduk Kelimutu Percaya
Memiliki Kekuatan Spiritual Yang Besar, Sehingga Berbagai Upacara Adat
Yang Digelar Penuh Dengan Nilai Magis.
Inne-Amma Tinggal Di Sauriyah, Rumah Adat Yang Terbuat Dari Kayu Yang
Adalah Rumah Asli Mereka. Kini Situs Rumah Adat Ini Masih Bisa Kita
Saksikan Keberadaanya Hingga Saat Ini Di Desa Moni, Yang Menjadi Pusat
Kebudayaan Konara. Di Sauriyah Tinggal Beberapa Keluarga Tetua Adat.
Para Tetua Adat Pun Sering Berkumpul Di Sini. Namun Mereka Menggunakan
Rumah Keda Yang Berada Di Depan Rumah Adat, Sebagai Tempat
Bermusyawarah.
Makam Leluhur Orang Konara Juga Terdapat Di Kompleks Situs. Jalan Menuju
Makam Berupa Batu-Batuan Yang Ditata Mirip Anak Tangga, Dan
Melambangkan Tingkatan Masyarakat Konara Di Masa Lalu. Batu Pertama
Melambangkan Pintu Gerbang Pertama. Sebagai Penghormatan Terhadap Arwah
Leluhur, Pengunjung Biasanya Meletakkan Sesaji Di Sini. Batu Terakhir
Merupakan Jalan Menuju Pimpinan Tertinggi Konara, Sang Inne-Amma.
Kini, Keturunan Inne-Amma Menghuni Kuburan Umum Jika Meninggal. Namun
Beberapa Keluarga Tetua Adat Masih Ada Yang Mengawetkan Tulang-Belulang
Kepala Keluarganya Jika Meninggal. Tulang Belulang Ini Disimpan Di
Sebuah Peti Yang Tertutup, Lalu Diletakkan Di Rumah Baku Bersama
Barang-Barang Berharga Seperti Gading Gajah, Emas, Perhiasan, Atau
Pakaian. Namun Raibnya Beberapa Barang Berharga Dan Sepasang Tulang
Lelaki-Perempuan Berumur Ratusan Tahun, Membuat Kebiasaan Ini Mulai
Ditinggalkan.
Pasola di Sumba Barat
Pasola : Ini adalah bagian dari serangkaian
upacara tradisionil yang dilakukan oleh orang Sumba yang masih menganut agama
asli yang disebut Marapu. Setiap tahun pada bulan Februari atau Maret
serangkaian upacara adat dilakukan dalam rangka memohon restu para dewa agar
supaya panen tahun tersebut berhasil dengan baik. Puncak dari serangkaian
upacara adat yang dilakukan beberapa hari sebelumnya adalah apa yang disebut
pasola. Pasola adalah ‘perang-perangan’ yang dilakukan oleh dua kelompok
berkuda. Setiap kelompok teridiri atas lebih dari 100 pemuda bersenjakan tombak
yang dibuat dari kayu berdiameter kira-kira1,5 cm yang ujungnya dibiarkan
tumpul. Walaupun tombak tersebut tumpul, pasola kadang-kadang memakan korban
bahkan korban jiwa. Tapi tidak ada dendam dalam pasola, kalau masih penasaran
silakan tunggu sampai pasola tahun depannya. Kalau ada korban dalam pasola,
menurut kepercayaan Marapu, korban tersebut mendapat hukuman dari para dewa
karena telah telah melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan.
Pasola, Tragedi Asmara di Padang Savana
Membedah pulau Sumba terbesit pesan Sumba adalah
pulaunya para arwah. Di setiap sudut kota dan kampungnya tersimpan persembahan
dan pujian para abdi. Nama Sumba atau Humba berasal dari nama ibu model Rambu
Humba, istri kekasih hati Umbu Mandoku, salah satu peletak landasan suku-suku
atas kabisu-kabisu Sumba. Dua pertiga penduduknya adalah pemeluk yang khusuk
berbakti kepada arwah para leluhurnya, khususnya kepada bapak besar bersama,
sang pengasal semua suku. Marapu menurut petunjuk dan perhitungan para Rato,
Pemimpin Suku dan Imam agung para Merapu. Altar megalik dan batu kuburan keramat
yang menghias setiap jantung kampung dan dusun (paraingu) adalah bukti pasti
akan kepercayaan animisme itu. Sumba, pulau padang savana yang dipergagah
kuda-kuda liar yang kuat yang tak kenal lelah menjelajah lorong, lembah dan
pulau berbatu warisan leluhur. Binatang unggulan tingkatan mondial itu semakin
merambah maraknya perang akbar pasola, perang melempar lembing kayu sambil
memacu kuda, untuk menyambut putri nyale, si putri cantik yang menjelma diri
dalam ujud cacing laut yang nikmat gurih.
Pasola berasal dari kata `sola’ atau `hola’, yang
berarti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda
yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan. Setelah mendapat
imbuhan `pa’ (pa-sola, pa-hola), artinya menjadi permainan. Jadi pasola atau
pahola berarti permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas
punggung kuda yang sedang dipacu kencang antara dua kelompok yang berlawanan.
Pasola diselenggarakan di Sumba Barat setahun sekali pada bulan Februari di
Kodi dan Lamboya. Sedangkan bulan Maret di Wanokaka. Pasola dilaksanakan di
bentangan padang luas, disaksikan oleh segenap warga Kabisu dan Paraingu dari
kedua kelompok yang bertanding dan oleh masyarakat umum. Sedangkan peserta
permainan adalah pria pilih tanding dari kedua Kabius yang harus menguasai dua
keterampilan sekaligus yakni memacu kuda dan melempar lembing (hola). Pasola
biasanya menjadi klimaks dari seluruh rangkaian kegiatan dalam rangka pesta
nyale.
Skandal Janda Cantik
Menelurusi asal-usulnya, pasola berasal dari
skandal janda cantik jelita, Rabu Kaba sebagaimana dikisahkan dalam hikayat
orang Waiwuang. Alkisah ada tiga bersaudara: Ngongo Tau Masusu, Yagi Waikareri
dan Umbu Dula memberitahu warga Waiwuang bahwa mereka hendak melaut. Tapi
nyatanya mereka pergi ke selatan pantai Sumba Timur untuk mengambil padi.
Setelah dinanti sekian lama dan dicari kian ke mari tidak membuahkan hasil,
warga Waiwuang merasa yakin bahwa tiga bersaudara pemimpin mereka itu telah
tiada. Mereka pun mengadakan perkabungan dengan belasungkawa atas kepergian
kematian para pemimpin mereka.
Dalam kedukaan mahadahsyat itu, janda cantik jelita `almarhum’ Umbu Dulla, Rabu
Kaba mendapat lapangan hati Rda Gaiparona, si gatotkaca asal Kampung Kodi.
Mereka terjerat dalam asmara dan saling berjanji menjadi kekasih.
Namun adat tidak menghendaki perkawinan mereka. Karena itu sepasang anak
manusia yang tak mampu memendam rindu asmara ini nekat melakukan kawin lari.
Janda cantik jelita Rabu Kaba diboyong sang gatot kaca Teda Gaiparona ke kampung
halamannya. Sementara ketiga pemimpin warga Waiwuang kembali ke kampung. Warga
Waiwuang menyambutnya dengan penuh sukacita.
Namun mendung duka tak dapat dibendung tatkala Umbu Dulla menanyakan perihal
istrinya. ‘Yang mulia Sri Ratu telah dilarikan Teda Gaiparona ke Kampung Kodi,’
jawab warga Waiwulang pilu. Lalu seluruh warga Waiwulang dikerahkan untuk
mencari dua sejoli yang mabuk kepayang itu. Keduanya ditemukan di kaki gunung
Bodu Hula. Walaupun berhasil ditemukan warga Waiwuang di kaki gunung Bodu Hula
namun Rabu Kaba yang telah meneguk madu asmara Teda Gaiparona dan tidak ingin
kembali. Ia meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona untuk mengganti belis
yang diterima dari keluarga Umbu Dulla. Teda Gaiparona lalu menyanggupinya dan
membayar belis pengganti. Setelah seluruh belis dilunasi diadakanlah upacara
perkawinan pasangan Rabu Kaba dengan Teda Gaiparona. Pada akhir pesta
pernikahan keluarga, Teda Gaiparona berpesan kepada warga Waiwuang agar
mengadakan pesta nyale dalam wujud pasola untuk melupakan kesedihan mereka
karena kehilangan janda cantik Rabu Kaba. Atas dasar hikayat ini, setiap tahun
warga kampung Waiwuang, Kodi dan Wanokaka Sumba Barat mengadakan bulan (wula)
nyale dan pesta pasola. Akar pasola yang tertanam jauh dalam budaya masyarakat
Sumba Barat menjadikan pasola tidak sekadar keramaian insani dan menjadi
terminal pengasong keseharian penduduk. Tetapi menjadi satu bentuk pengabdian
dan aklamasi ketaatan kepada sang leluhur. Pasola adalah perintah para leluhur
untuk dijadikan penduduk pemeluk Marapu. Karena itu pasola pada tempat yang
pertama adalah kultus religius yang mengungkapkan inti religiositas agama Marapu.
Hal ini sangat jelas pada pelaksanaan pasola, pasola diawali dengan doa semadhi
dan Lakutapa (puasa) para Rato, foturolog dan pemimpin religius dari setiap
kabisu terutama yang terlibat dalam pasola. Sedangkan sebulan sebelum hari H
pelaksanaan pasola sudah dimaklumkan bulan pentahiran bagi setiap warga
Paraingu dan pada saat pelaksanaan pasola, darah yang tercucur sangat
berkhasiat untuk kesuburan tanah dan kesuksesan panenan. Bila terjadi kematian
yang disebabkan oleh permainan pasola, dipandang sebagai bukti pelanggaran atas
norma adat yang berlaku, termasuk bulan pentahiran menjelang pasola. Pada
tempat kedua, pasola merupakan satu bentuk penyelesaian krisis suku melalui
`bellum pacificum’ perang damai dalam permainan pasola.
Peristiwa minggatnya janda Rabu Kaba dari
Keluarga Waiwuang ke keluarga Kodi dan beralih status dari istri Umbu Dulla
menjadi istri Teda Gaiparona bukanlah peristiwa nikmat. Tetapi peristiwa yang
sangat menyakitkan dan tamparan telak di muka keluarga Waiwuang dan terutama
Umbu Dulla yang punya istri. Keluarga Waiwuang sudah pasti berang besar dan
siap melumat habis keluarga Kodi terutama Teda Gaiparona. Keluarga Kodi sudah
menyadari bencana itu. Lalu mencari jalan penyelesaian dengan menjadikan
seremoni nyale yang langsung berpautan dengan inti penyembahan kepada arwah
leluhur untuk memohon doa restu bagi kesuburan dan sukses panen, sebagai
keramaian bersama untuk melupakan kesedihan karena ditinggalkan Rabu Kaba. Pada
tempat ketiga, pasola menjadi perekat jalinan persaudaraan antara dua kelompok
yang turut dalam pasola dan bagi masyarakat umum. Permainan jenis apa pun
termasuk pasola selalu menjadi sarana sosial ampuh. Apalagi bagu kedua kabisu
yang terlibat secara langsung dalam pasola. Selama pasola berlangsung semua
peserta, kelompok pendukung dan penonton diajak untuk tertawa bersama,
bergembira bersama dan bersorak-sorai bersama sambil menyaksikan ketangkasan
para pemain dan ringkik pekikan gadis-gadis pendukung kubu masing-masing.
Karena itu pasola menjadi terminal pengasong keseharian penduduk dan tempat
menjalin persahabatan dan persaudaraan. Sebagai sebuah pentas budaya sudah
pasti pasola mempunyai pesona daya tarik yang sangat memukau. Olehnya
pemerintah turut mendukung dengan menjadikan pasola sebagai salah satu ‘mayor
event’.
Kain Ikat : Pulau Sumba terkenal
dengan kain ikatnya yang indah dan unik, kain ikat tersebut ditenun selama
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Kain ikat yang baik mempunyai nilai
tradisionil dan ekonomi yang tinggi sekali. Selembar kain ikat Sumba yang baik
dapat mencapai jutaan rupiah.
Kain ikat atau kain tenun ini dibuat dari kapas atau benang katun yang
diwanteks, kadang-kadang proses mewainai benang yang akan di tenun itu
dilakukan dengan sangat tradisonil yaitu dengan menanamnya kedalam tanah untuk
beberapa minggu sebelum di tenun. Secara tradisional hanya wanita Sumba yang
diperbolehkan menenun kain. Upacara penguburan dan kuburan batu: Salah satu
dari sekian banyak keunikan yang terdapat di Sumba adalah upacara penguburan
mayatnya yang dilakukan secara besar-besaran dan bentuk kuburan batunya yang
unik.
Orang Sumba percaya bahwa kehidupan dan kematian
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, kematian seseorang adalah hal yang
sama penting dengan kehidupannya. Dan seluruh proses kehidupan dan kematian
tidak bisa dipisahkan dengan ternak mereka (kerbau, sapi, kuda dan babi). Hewan
mempunyai nilai tradisional yang sangat tinggi, dan memegang peranan yang
penting dalam perkawinan atau pesta adat. Kalau seorang pria mempersunting
wanita Sumba, dia harus membayar mas kawin berupa kerbau, kuda atau sapi yang
jumlahnya tergantung dari kedudukan ayah atau keluarga wanita tersebut dalam masyarakat,
tetapi jumlah tersebut sekitar 50 sampai 400 ekor bahkan lebih. Begitu pula
kalau ada anggota keluarga yang meninggal, pada saat penguburan, berpuluh-puluh
hewan disembeli, jumlah hewan yang disembeli juga tergantung pada kedudukan
orang yang meninggal atau keluarganya dalam masyarakat. Bentuk kuburan orang
Sumba juga unik, terbuat dari batu berbentuk kotak besar dengan tutup yang juga
terbuat dari batu (lihat foto). Setiap keluarga bisanya punya sebuah batu
kubur, jadi kalau ada anggota keluarga yang meninggal bisanya dikuburkan dalam
batu kubur yang disediakan untuk semua anggota keluarga itu.